Pengembangan galur mutan padi toleran kekeringan dapat digunakan sebagai
solusi optimalisasi lahan kering sekaligus berkontribusi dalam peningkatan
produktivitas pangan. Skrining untuk toleransi cekaman kekeringan secara in vivo
dilakukan dengan menggunakan 8 galur mutan padi lokal Sirandah congok,
Burung kuning, Solegreng, Bintang ladang, Aceh aceh, Umbul-umbul, Ponco
kusumo, dan Condong. Penelitian dilaksanakan dari Maret-Juni 2018 di rumah
kaca kelompok Pemuliaan Tanaman, PAIR-BATAN, Jakarta Selatan. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor
yaitu larutan PEG 6000 (0, 15, 20 dan 25%) dan materi genetik yang terdiri dari 8
genotipe mutan, varietas induk, serta varietas cek kontrol toleran dan peka
kekeringan. Skrining dilakukan dengan kultur hidroponik menggunakan larutan
Hoagland dengan penambahan PEG 6000. Hasil penelitian menunjukkan
penambahan PEG 6000 konsentrasi 25% pada media Hoagland mengakibatkan
berkurangnya tinggi tanaman, panjang akar, kadar klorofil dan kadar air.
Parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa galur mutan Sirandah Congok
dapat mentoleransi cekaman kekeringan hingga konsentrasi PEG 20%. Analisis
statistik menunjukan pengaruh antara materi genetik dan konsentrasi PEG
terhadap tinggi tanaman dan panjang akar, sedangkan untuk parameter kadar
klorofil dan kadar air tanaman dipengaruhi oleh faktor konsentrasi PEG. Galur
mutan padi Sirandah Congok dan Burung Kuning memiliki toleransi kekeringan
yang lebih baik dibandingkan galur mutan lain.
Kata kunci: Hidroponik, Kekeringan, Larutan hoagland, Mutasi, PEG