Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu wilayah dengan kategori rawan gempa di Indonesia. Hal tersebut karena adanya dua zona penyebab gempa bumi, yaitu zona subduksi lempeng di bagian selatan dan sesar naik busur belakang (back arc thrust) di bagian utara. Kondisi tersebut cukup membahayakan keselamatan masyarakat, sehingga diperlukan adanya penelitian untuk menganalisis kerentanan gempa bumi di Nusa Tenggara Timur. Untuk mengidentifikasi hal tersebut, penelitian ini menggunakan nilai percepatan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA). Perhitungan nilai PGA dilakukan dengan pendekatan empiris model Crouse, McGuirre, Donovan, dan Xiang&Gao yang kemudian dipetakan dan dianalisis. Data yang digunakan adalah data gempa bumi merusak dari katalog gempa USGS dengan kurun waktu 1970-2020. Selain melakukan pemetaan dan analisis nilai PGA, dilakukan juga pemetaan kerentanan gempa bumi dalam skala MMI agar dampak yang yang terjadi akibat gempa bumi dapat dilihat dengan lebih jelas. Hasil perhitungan nilai PGA diperoleh nilai maksimum yang berbeda pada setiap model empiris yaitu pada daerah Alor, Ende, Laut Flores dan Timor Tengah Selatan. Nilai PGA tertinggi pada model Crouse dan Xiang&Gao terdapat pada daerah Alor dengan skala MMI III-VI. Sedangkan pada McGuirre dan Donovan berada pada daerah Ende dengan skala IV-VII MMI. Dari hasil nilai PGA yang didapatkan kemudian digunakan peta SNI 03-1726-2002 sebagai acuan dan didapatkan kemiripan rentang nilai namun dengan daerah maksimum nilai PGA yang berbeda.
Kata kunci: PGA, Persamaan empiris, MMI,NTT