Image of Analisis tataniaga dan efisiensi tataniaga ubi kayu
(studi kasus: Gapoktan Mandiri Jaya, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

Text

Analisis tataniaga dan efisiensi tataniaga ubi kayu (studi kasus: Gapoktan Mandiri Jaya, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)



Komoditas ubi kayu ditempatkan sebagai salah satu dari tujuh komoditas utama tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) yang perlu terus dikembangkan. Kabupaten Bogor menjadi salah satu sentra produksi ubi kayu di Jawa Barat. Kecamatan Dramaga menepati posisi ke lima sebagai salah satu daerah sentra penghasil ubi kayu di Kabupaten Bogor dengan jumlah produksi sebanyak 5971 ton. Salah satu daerah sentra produksi di Kecamatan Dramaga adalah Desa cikarawang. Permasalahan yang terjadi pada petani ubi kayu khususnya anggota Gapoktan Mandiri Jaya adalah harga jual yang tidak menentu dan tidak sebanding dengan kenaikan harga input seperti pupuk dan input-input lainnya dan tingginya Marjin tataniaga ubi kayu yang disebabkan panjangnya saluran tataniaga dan juga banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor. Tepatnya dengan mengambil sampel dari petani ubi kayu di Gapoktan Mandiri Jaya Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga. Data-data lain diambil dari stakeholder pendukung berupa pedagang pengumpul, grosir dan pengecer. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi saluran tataniaga yang terbentuk dan menentukan saluran tataniaga ubi kayu yang efisien di Gapoktan Mandiri Jaya dengan menggunakan analisis margin tataniaga, Farmer’s Share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lembaga tataniaga yang terlibat di Gapoktan Mandiri Jaya yaitu, petani, pedagang pengumpul I, pedagang pengumpul II, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan konsumen (rumah tangga dan industri). Terdapat 4 saluran tataniaga yang memiliki konsumen akhir rumah tangga dan 2 saluran tataniaga dengan konsumen akhir industri. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing Lembaga tataniaga secara keseluruhan terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Sedangkan untuk petani hanya melakukan fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas. Struktur pasar yang terbentuk di tingkat petani adalah pasar persaingan sempurna. Pada tingkat pedagang pengumpul I (desa) terbentuk adalah pasar oligopoli. Pada tingkat pedagang pengumpul II (pasar) terbentuk pasar oligopoli. Pada tingkat pedagang grosir terbentuk pasar persaingan sempurna. Sedangkan pada tingkat pedagang pengecer terbentuk pasar oligopoli. Berdasarkan analisis efisiensi tataniaga ubi kayu, saluran tataniaga ubi kayu yang paling efisien adalah saluran tataniaga 5 dengan nilai Marjin tataniaga paling kecil yaitu, Rp.2.250 dan nilai rasio keuntungan dan biaya paling tinggi sebesar 4,79.
Kata kunci : Tataniaga, Ubi kayu, Efisiens.


Ketersediaan

#
Perpustakaan FST (SKRIPSI) AGR 338 2023
AGR338
Tersedia

Informasi Detail

Judul Seri
-
No. Panggil
AGR338
Penerbit Prodi Agribisnis Sains Teknologi UIN JKT : Jakarta, Ciputat.,
Deskripsi Fisik
vii, 102 hlm; 28 cm.
Bahasa
Bahasa Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
AGR338
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


Akses Katalog Publik Daring - Gunakan fasilitas pencarian untuk mempercepat penemuan data katalog