Minami Agrisystem adalah perusahaan penghasil bawang bombai yang konsisten memproduksi komoditas pertanian sejak tahun 1942 di wilayah sentra produksi bawang bombai terbesar di Jepang, yaitu Prefektur Hokkaido. Dalam menjalankan usaha, perusahaan menghadapi kendala selama proses pascapanen. Kerugian pascapanen bawang bombai di Minami Agrisystem mencapai 15% dari total produksi pada tahun 2023. Kerugian ini disebabkan adanya risiko dalam seluruh tahapan pascapanen bawang bombai di Minami Agrisystem. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1) Mengetahui kejadian risiko dan penyebab risiko pascapanen bawang bombai yang terjadi di Minami Agrisystem (2) Mengukur tingkat risiko pascapanen bawang bombai yang dihadapi oleh Minami Agrisystem (3) Menganalisis pemetaan risiko pascapanen bawang bombai di Minami Agrisystem (4) Merumuskan alternatif strategi penanganan risiko pascapanen bawang bombai di Minami Agrisystem. Penelitian ini menggunakan metode House of risk (HOR) yang terdiri atas dua tahapan, yaitu HOR fase 1 dan HOR Fase 2. Alat analisis diagram tulang ikan digunakan untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko, sementara Diagram Pareto digunakan untuk melakukan pemetaan risiko. Penelitian ini akan merumuskan strategi mitigasi risiko terhadap seluruh penyebab risiko prioritas. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat 21 kejadian risiko dan 29 penyebab risiko dalam seluruh tahapan pascapanen bawang bombai, meliputi tahap pemanenan, curing, pembersihan, penyimpanan, sortasi dan grading, pengemasan dan pengiriman. Berdasarkan tabel HOR fase 1 yang telah dipetakan menggunakan diagram pareto, diketahui penyebab risiko prioritas dengan perolehan nilai tertinggi pada tahap pemanenan yaitu keterbatasan jumlah SDM, tumbuhan liar menghambat proses panen dan aplikasi mesin pertanian tidak sesuai jalur tanam, pada tahap curing yaitu infeksi penyakit, kontaminasi air hujan, dan vi gangguan cuaca, pada tahap pembersihan, yaitu komponen mesin macet, mesin telah usang, dan kurangnya monitoring keadaan mesin, pada tahap penyimpanan yaitu pengaturan suhu dan relative humidity kurang tepat, pada tahap sortasi dan grading yaitu kurangnya konsentrasi dan alur sortasi terlalu cepat, pada tahap pengemasan, yaitu kesalahan dalam penimbangan bobot produk dan tidak adanya safety stock, serta perolehan nilai tertinggi pada tahap pengiriman yaitu benturan selama pengangkutan dan kesalahan penumpukan produk. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut, maka dirumuskan 27 strategi mitigasi yang dapat meminimalisir penyebab risiko. Prioritas pelaksanaan strategi mitigasi risiko pascapanen bawang bombai di Minami Arisystem dengan perolehan nilai tertinggi pada tahap pemanenan yaitu penambahan karyawan berpengalaman, pada tahapan curing yaitu perbaikan SOP pascapanen menggunakan instore drying dan melakukan pengecekan dan pergantian pada tenda penutup kontainer, pada tahap pembersihan yaitu melakukan perbaikan komponen mesin dan meningkatkan monitoring mesin, pada tahap penyimpanan yaitu melakukan hygiene dan sanitasi secara rutin dan menjaga relative humidity tidak lebih dari 75%, pada tahap sortasi dan grading yaitu meningkatkan ketelitian dengan cara pembuatan klasifikasi produk cacat secara tertulis dan pengecekan kembali hasil sortir, dan melakukan review dan evaluasi secara berkala, pada tahap pengemasan yaitu meningkatkan ketelitian dalam menimbang bobot produk dan melakukan kalibrasi timbangan, serta pada tahap pengiriman yaitu meminimalisir benturan dengan penanganan yang lebih hati-hati dan menyusun kemasan sesuai dengan pola penumpukan.
KATA KUNCI : Bawang bombai;Pascapanen;Risiko;House of risk