Pada 22 Desember 2018, terjadi tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau yang melanda Selat Sunda. Salah satu wilayah terdampak adalah Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan tsunami susulan, sehingga diperlukan analisis mendalam untuk mengevaluasi dampak tsunami Gunung Anak Krakatau tahun 2018 di masa yang akan datang di Kecamatan Rajabasa. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan ketinggian gelombang, waktu tiba, dan inundasi tsunami di wilayah tersebut. Data yang digunakan diperoleh dari satelit Batimetri Nasional (BATNAS), Digital Elevation Model National (DEMNAS), dan data tutupan lahan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) periode 2019. Validasi dilakukan dengan data penelitian sebelumnya, dan metode pengolahan data kuantitatif melibatkan analisis terhadap waktu kedatangan dan ketinggian tsunami menggunakan perangkat lunak Cornell Multi-grid Coupled Tsunami Model (COMCOT). Hasil simulasi menunjukkan kesesuaian dengan penelitian sebelumnya mengenai volume longsoran Anak Krakatau, meskipun ada deviasi estimasi ketinggian di beberapa lokasi pesisir akibat ketidakakuratan data batimetri dan kurangnya validasi. Ketinggian tsunami mendekati penelitian sebelumnya di Pantai Labuhan Saka dengan ±2.2m. Waktu kedatangan tsunami sekitar ±25 menit untuk Kecamatan Rajabasa. Desa Sukaraja mengalami inundasi dengan jarak ±290 m. Faktor-faktor seperti ketebalan lapisan dan slope turut mempengaruhi penyebaran tsunami. Temuan ini dapat mendukung upaya mitigasi bencana di masa depan.
kata Kunci:gunung anak krakatau;tsunami longsor;ketinggian gelombang;waktu kedatangan