Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diproduksi dari kedelai menggunakan ragi tempe. Campuran kedelai hitam dengan biji kacang buncis dapat digunakan sebagai bahan pembuatan tempe. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan kadar protein tempe yang maksimal dari kondisi fermentasi yang optimal tempe campuran kacang kedelai hitam dan biji kacang buncis. Optimasi fermentasi tempe terdiri dari konsentrasi ragi tempe, angkak, serta perbandingan jumlah kacang kedelai hitam dan kacang buncis. Proses optimasi menggunakan aplikasi Respon Surface Methodology (RSM) dengan metode Box-Behnken Design. Campuran kedelai hitam dan biji kacang buncis menggunakan angkak difermentasi pada suhu ruang selama 48 jam dengan variabel independen meliputi konsentrasi ragi tempe sebesar 1; 1,5; 2% (b/b), angkak sebesar 2, 3 dan 4% (b/b), serta perbandingan kedelai hitam dan kacang buncis sebesar 1:1; 1:2 dan 2:1 (b/b). Ekstraksi protein dilakukan dengan metode titik isoelektri, kemudian diuji kadar protein total dan kadar protein terlarut. Kondisi optimum fermentasi campuran kedelai hitam dan biji kacang buncis dengan ragi tempe dan angkak menggunakan metode Response Surface Methodology diperoleh pada rasio kedelai hitam terhadap biji kacang buncis 2:1 (b/b), konsentrasi ragi 1% (b/b) dan konsentrasi angkak 3% (b/b) dengan hasil prediksi dan verifikasi protein total masing-masing sebesar 14,091% dan 14,14% dan protein terlarut masing-masing sebesar 1231,384 ppm dan 1232,42 ppm. Tempe yang dihasilkan berpotensi dikembangkan menjadi pangan fungsional sumber protein
Kata kunci; Biji kacang buncis;box-behnken design;fermentasi;kedelai hitam