dibidang food and baverages. Ayam Gepuk Pak Gembus dikenal masyarakat sejak tahun 2013, hingga mendirikan PT. Yellow Food Indonesia di tahun 2015. Ayam Gepuk Pak Gembus memiliki ±700 cabang yang tersebar di wilayah-wilayah besar di Indonesia dan Malaysia. Banyaknya cabang yang dibuka, Ayam Gepuk Pak Gembus mendapat banyak keluhan dari para konsumennya. Keluhan yang terjadi membuat konsumen hilang kepercayaan dan beralih pada produk pesaing. Sehingga perusahaan ikut mengalami dampak yakni terjadi penurunan penjualan daging ayam secara terus-menerus ke masing-masing outlet dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Tahun 2015 - Tahun 2020). Salah satu indikator yang diduga menjadi penyebab menurunnya penjualan adalah kepuasan konsumen yang mungkin belum terpenuhi. Kepercayaan konsumen dibangun dengan adanya kualitas produk yang baik. Semakin baik kualitas produk yang diberikan maka konsumen akan semakin puas. Penelitian ini ditujukan untuk 1) Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas daging ayam di outlet Ayam Gepuk Pak Gembus Cabang Jakarta Barat. 2) Menganalisis kesesuaian antara harapan konsumen dan kualitas daging ayam di outlet Ayam Gepuk Pak Gembus Cabang Jakarta Barat. Dan 3) Memberikan rekomendasi atribut yang menjadi prioritas untuk diperbaiki, dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap kualitas daging ayam di masing-masing outlet Ayam Gepuk Pak Gembus. Pengukuran penelitian ini menggunakan 8 dimensi kualitas produk yakni Kinerja, Keistimaewaan Tambahan, Keandalan, Daya Tahan, Kesesuaian dengan Spesifikasi, Kemudahan Pelayanan, Estetika, dan Citra Produk. Responden yang digunakan pada penelitian ini didapat dengan menggunakan Teknik non-probability sampling dan menggunakan metode purposive sampling yakni sebanyak 101 orang yang merupakan konsumen akhir dari Ayam Gepuk Pak Gembus dengan kriteria pembelian daging ayam paling lambat diawal tahun 2020. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan observasi, wawancara dan kuesioner yang disebar kepada konsumen yang berada di Jakarta Barat. Uji Validitas dan Reliabilitas digunakan sebagai penentu jumlah instrumen/pertanyaan yang akan disebar. Sebanyak 12 dari 30 atribut dinyatakan valid dan reliable sehingga dapat dijadikan instrumen penelitian. Metode analisis yang digunakan yakni CSI (Customer Statisfaction Index) untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen dan IPA (Important Performance Analysis) untuk menentukan tingkat kesesuaian antara kinrja dan kepentingan dari masing-masing atribut serta untuk menganalisis atribut yang menjadi prioritas perbaikan perusahaan. Hasil penelitian kepuasan konsumen menunjukkan bahwa nilai CSI secara keseluruhan yang diukur yakni sebesar 82.81%. Menurut tabel kriteria CSI nilai tersebut berada pada kisaran 0,81-1,00 yang berarti konsumen berada dalam kriteria sangat puas. Menurut hasil penelitian tingkat kesesuaian secara keseluruhan dengan metode IPA menunjukan nilai sebesar 91,23%. Menurut kategori tingkat kesesuaian, nilai tersebut termasuk ke kategori sangat sesuai. Tingkat kesesuaian yang memiliki nilai terbesar diperoleh hasil senilai 99,3% yakni pada atribut “tambahan bumbu sambal”, sedangkan tingkat kesesuaian yang memiliki nilai terendah diperoleh hasil 85,2% yakni pada atribut “daya tahan bentuk”. Diagram kartesius menunjukan hasil 3 atribut masuk ke dalam kuadran I yang menjadi prioritas perbaikan yakni atribut “daya tahan rasa”, “daya tahan bentuk”, dan “kesesuaian tampilan produk dengan menu”. Atribut yang masuk kedalam kuadran II berarti untuk mempertahankan prestasi yaitu “harga produk”, “porsi/ukuran produk”, “tambahan bumbu sambal”, “kecepatan pelayanan”, “kemudahan mendapatkan produk”, dan “citra produk”. Terdapat 2 atribut yang masuk kuadran III, dan 1 atribut yang masuk kedalam kuadran IV.
Kata Kunci: Kepuasan Konsumen, Kualitas Produk, Tingkat Kepuasan, Tingkat Kesesuaian, Diagram Kartesius