Indonesia terletak di daerah lintang rendah di antara pertemuan tiga lempeng besar dunia, sehingga memiliki risiko bencana alam cukup tinggi. Longsor merupakan bencana alam yang cukup sering terjadi di Indonesia. Salah satu daerah rawan longsor berada di terowongan Notog yang terletak pada tebing curam dengan lapisan tanah aluvium dan vegetasi terbuka untuk pemukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendugaan bidang gelincir pada hazard area longsoran. Metode yang digunakan adalah metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger menggunakan alat ARES Resistivity. Terdapat dua lintasan sepanjang 240 m pada lintasan inlet dan dua lintasan overlap sepanjang 480 m pada lintasan outlet dengan spasi elektroda 5 m pada setiap lintasan. Proses inversi menghasilkan data elevasi dan data resistivitas yang selanjutnya dihitung dengan persamaan weighted average untuk lintasan overlap. Hasil penelitian berdasarkan korelasi data geologi dan data bor menunjukkan bahwa batupasir diduga sebagai bidang gelincir datar dengan jenis longsoran translasi. Lempung, batu lempung, dan napal diduga sebagai material longsoran, dimana jumlah hazard area lintasan inlet diperkirakan sebesar 58.540,362 m3 dan penampang outlet diperkirakan sebesar 143.260,321 m3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terowongan Notog terbukti menjadi daerah yang berpotensi longsor.
Kata kunci: bidang gelincir, geolistrik resistivitas, longsor, overlap, Wenner-
Schlumberger