Papua Barat termasuk sebagai salah satu daerah di Indonesia yang memiliki aktivitas tektonik yang tinggi karena memiliki struktur geologi yang kompleks. Struktur geologi tersebut merupakan pertemuan antara Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina yang ada di Papua Barat yang berdampak pada munculnya sesar lokal yang tersebar di wilayah ini, seperti Sesar Sorong dan Sesar Ransiki. Pertemuan lempeng tektonik dan aktivitas sesar lokal ini dapat menjadi sumber gempa bumi di Papua Barat. Oleh karena itu, perhitungan dan pemetaan nilai PGA Papua Barat sangat diperlukan sebagai salah satu upaya mitigasi bencana gempa bumi. Dalam menentukan nilai PGA, digunakan data gempa merusak yang terjadi di Papua Barat selama 50 tahun dari tanggal 1 Januari 1970 sampai 31 Desember 2020 dengan kekuatan ≥ 5 SR dan memiliki kedalaman ≤ 60 km yang diambil dari situs resmi USGS. Kemudian data ini dihitung dengan empat model empiris yaitu Petrovski & Marcellini, McGuirre, Esteva, dan Donovan. Hasil perhitungan dengan keempat model tersebut kemudian dipetakan dengan menggunakan aplikasi pemetaan untuk mendapatkan peta percepatan tanah maksimum. Dari hasil pemetaan dapat disimpulkan bahwa titik PGA tertinggi di wilayah Papua Barat pada semua model disebabkan oleh gempa yang berada di koordinat 0° 24' 50.4'' LS - 132° 53' 6'' BT yaitu di Kabupaten Tambrauw dengan kekuatan gempa 7,7 SR pada tanggal 3 Januari 2009 dengan kedalaman 17 km.
Kata kunci: Papua Barat, Gempabumi, PGA, Model Empiris