LiBOB sebagai garam elektrolit alternatif untuk baterai lithium telah banyak dikembangkan. Penelitian ini menggunakan sumber lithium dari lithium karbonat (Li2CO3), dan bahan reaksi utama lainnya seperti, Asam borat (H3BO3), dan Asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O) untuk proses sintesis LiBOB. Dilakukan dua metode sintesis, yaitu metode basah (wet-chemical) dengan penambahan pelarut DI water dan metode kering (solid state) tanpa penambahan pelarut. Sintesis
melalui tahap pemanasan kalsinasi 120 °C selama 4 jam dan sintering 240 °C selama 9 jam dalam furnace. Setelah itu, dilakukan karakterisasi XRD (X-Ray Diffraction) dan FTIR (Fourier Transform Infra Red) untuk mengetahui fasa dan gugus fungsi yang terbentuk dari padatan serbuk LiBOB. Berdasarkan hasil analisa XRD dari kedua sampel dengan pemanasan selama 9 jam terbentuk fasa LiBOB dan LiBOB hidrat sebagai fasa dominan, serta beberapa fasa impuritas lain, seperti Lithium oksalat, Sasolit (Asam borat), dan Lithium karbonat. Hasil analisa FTIR diketahui telah terbentuk spektrum LiBOB dan puncak OH yang menunjukkan terbentuknya spektrum LiBOB hidrat pada kedua sampel. LiBOB yang terbentuk kemudian dilarutkan menjadi elektrolit cair untuk diujikan pada koin sel. Hasil uji EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy) dilakukan sebanyak dua kali, yaitu diawal (sebelum CV & CD) dan diakhir (setelah CV & CD) dengan nilai konduktivitas tertinggi pada sampel S-KRG baik saat uji before maupun after. Hasil uji CV (Cyclic Voltammetry) diperoleh sampel S-KRG lebih unggul karena sampel S-KRG memiliki intensitas arus yang jauh lebih tinggi dibandingkan sampel S-BSH. Sedangkan pada uji CD, sampel S-KRG memiliki kapasitas yang lebih tinggi mendekati kapasitas spesifik dari katoda LFP, meskipun sedikit kurang stabil dibandingkan sampel S-BSH.
Kata Kunci : Garam elektrolit, LiBOB, Li2CO3, Solid state, Wet-chemical.