Tanaman kunyit merupakan tanaman obat yang kaya akan manfaat, tetapi pertumbuhan produksi kunyit terus menurun. Penggunaan biostimulan tanaman berbasis mikroba menjadi terobosan baru dalam budidaya tanaman. Pemanfaatan cendawan endofit sebagai biostimulan tanaman menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dengan mempengaruhi respon pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat cendawan endofit asal tanaman temulawak yang memiliki pengaruh sebagai biostimulan pemacu pertumbuhan tanaman kunyit. Penelitian dilakukan menggunakan 11 isolat cendawan endofit dan rhizosfer asal tanaman temulawak, kemudian diseleksi menjadi 5 isolat terbaik berdasarkan data uji biokimia, pertumbuhan koloni, diameter dan karakteristik cendawan untuk diaplikasikan pada penanaman rimpang kunyit dan diuji respon pertumbuhan tanaman kunyit. Hasil menunjukkan isolat R7, 2CEA2, 3CER4, 4CEA9, dan 4CRH1 menjadi 5 isolat terbaik untuk diaplikasikan pada penanaman rimpang kunyit. Aplikasi cendawan endofit pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (F hitung < F tabel 5%) terhadap respon pertumbuhan tanaman, tetapi isolat 4CRH1 berpotensi sebagai biostimulan dikarenakan memiliki nilai rata-rata paling tinggi pada pengamatan jumlah tunas, panjang tunas, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan klorofil total. Isolat 4CRH1 berpotensi untuk digunakan sebagai produk biostimulan pemacu pertumbuhan tanaman kunyit. Kata kunci: Biostimulan; Cendawan; Endofit; Kunyit