Sebagian masyarakat Desa Aengdake masih menggunakan tumbuhan sebagai
alternatif utama menangani masalah kesehatannya. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui persepsi dan konsepsi kesehatan menurut masyarakat Desa Aengdake,
cara pengolahan tumbuhan pada pengobatan tradisional, dan karakter sosial
demografinya. Penelitian menggunakan metode wawancara semi terstruktur
terhadap 91 orang responden yang terdiri dari 9 orang informan kunci dan 82 orang
responden umum. Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku obat
diidentifikasi. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aengdake
memahami sehat sebagai kondisi tubuh terbebas dari gangguan yang dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan sakit sebagai kondisi terganggunya fungsi
tubuh akibat perantara penyebab sakit. Sebanyak 86 jenis tumbuhan obat tergolong
ke dalam 42 famili yang didominasi oleh Zingiberaceae (Curcuma longa dengan
use value sebesar 0,89). Nilai informant consensus factor (ICF) tertinggi pada
kesehatan kulit (0,78). Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan dalam
proses pengobatan adalah daun (50%) dibandingkan bagian tumbuhan yang
lainnya. Tumbuhan obat yang paling banyak digunakan memiliki habitus herba
(42%). Masyarakat lebih banyak memperoleh tumbuhan obat dari pekarangan
(39%). Tumbuhan obat diolah dengan cara ditumbuk (35%) dan cara pemakaian
dengan diminum (34%). Perempuan (68%) lebih banyak menggunakan tumbuhan
obat daripada jenis kelamin laki-laki. Petani (70%) lebih banyak menggunakan
tumbuhan obat dibandingkan dengan pekerja lainnya. Tumbuhan yang digunakan
dalam praktik pengobatan tradisional masyarakat Desa Aengdake berpotensi
dikembangkan menjadi bahan obat baru.
Kata kunci: Desa Aengdake, Herba, Pekarangan, Tumbuhan obat, Zingiberaceae