Detail Cantuman
Pencarian SpesifikText
Peranan pondok pesantren terhadap pemberdayaan petani holtikultura (studi kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq Bandung)
Salah satu lembaga mandiri yang mengakar pada masyarakat adalah pondok pesantren. Peranan pesantren tidak hanya pada sektor pendidikan tapi juga permberdayaan ekonomi umat yang umumnya berada di pedesaan berupa sektor pertanian. Salah satunya Pondok Pesantren Al-Ittifaq (Bandung, Jawa Barat) mengembangkan keterampilan agribisnis sayuran khususnya kentang pada santri dan para petani.
Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui langkah-langkah pemberdayaan yang dilakukan pondok pesantren terhadap masyarakat seputar kegiatan pemberdayaan pertanian (2) mengetahui tingkat keberdayaan masyarakat sekitar pondok pesantren (3) mengetahui perbedaan keberdayaan antara petani binaan dan non binaan (4) mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh keberhasilan pondok pesantren dalam pembinaannya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perpaduan dari tiga paradigma; yakni social facts, social behavior serta social definition dengan dua tahap pada tahap pertama menggunakan pendekatan secara deskriptif kuantitatif, lebih lanjut pada tahap kedua, hasilnya didekati dengan deskriptif kualitatif jenis dan sumber data menggunakan data primer melalui wawancara dengan Kyai, Ustadz dan pengurus pondok pesantren lainnya, petani binaan dan non binaan pondok pesantren Al-Ittifaq, dan teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis non parametrik berupa uji Chi Kuadrat dan uji hubungan keeratan Cramer.
Hasil penelitian Tingkat keberdayaan petani jika diukur dari tingkat pendidikan responden petani binaan cenderung lebih tinggi di bandingkan yang non binaan yang mana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makan semakin tinggi pula tingkat ilmu pengetahuan individu dan semakin terbuka wawasan individu tersebut, sedangkan dari luas kepemilikan lahan petani binaan kepemilikan lahannya cenderung lebih luas dibandingkan dengan yang non binaan, kepemilikan lahan yang luas akan berpengaruh pada hasil produksi yang semakin besar.
Aspek kemampuan usaha tani dengan melihat indikator tingkat kemampuan keterampilan manajemen, pengolahan pasca panen dan keterampilan dalam pemasaran produk petani binaan cenderung lebih unggul dibandingkan dengan petani non binaan, aspek konsep diri dengan melihat indikator kemampuan berfikir dan menganalisis petani ternyata tidak lah berbeda baik dari petani binaan maupun petani non binaan.
Aspek sosial dengan melihat indikator peran aktif petani di masyarakat, hasrat bermanfaat bagi masyarakat luas, hasrat agar lingkungan sekitar lebih maju dan
hasrat untuk membuat sebuah kelompok, petani binaan cenderung lebih unggul di bandingkan dengan petani non binaan.
Aspek Sikap jika melihat indikator dalam hal pengambilan keputusan petani binaan tidak lebih unggul dibandingkan petani non binaan, sedangkan jika melihat indikator keberanian pengambilan resiko dan keinginan untuk menerapkan maka petani binaan cenderung lebih unggul dibandingkan dengan petani non binaan.
Berdasarkan hasil temuan bahwa pondok pesantren Al-Ittifaq masih menggunakan beberapa metode dalam pemberdayaannya di masyarakat yaitu dengan cara merangkul masyarakat di sekitar pondok pesantren dengan berbagai macam kegiatan masyarakat seperti adanya sunatan massal, kegiatan nikah massal, komunitas pengajian DKM, dan kegiatan pengajian malam selasa yang rutin dijalankan selain oleh para santri tetapi dihadiri oleh masyarakat sekitar. Selain itu pondok pesantren masih aktif dalam kegiatan penyuluhan hanya saja penyuluhan saat ini bersifat lebih global di bandingkan sebelumnya karena hanya mengundang perwakilan kelompok tani apabila ada training dari pihak luar tidak seperti dahulu mengundang semua petani binaan untuk hadir di acara tersebut.
Ternyata secara garis besar petani yang berada dalam pengaruh atau imbas pesantren lebih unggul dibanding dengan petani yang tidak pengaruh atau imbas pesantren dan rerata terjadi hubungan keeratan yang signifikan antara petani dengan pesantren. Berarti pula bahwa pengembangan pertanian, tidak hanya tergantung pada kharisma Kyai sebagai opinion leader, tetapi lebih dari itu peran para pengurus dan santri senior sangat penting. Dengan kata lain, peran pesantren sebagai agent of change tidak bisa jika hanya dikaji dari sisi kharisma kyai, tetapi berupa satuan lembaga (pesantren) dan berkaitan langsung dengan diterima tidaknya lembaga tersebut oleh masyarakat di sekitarnya.
Kata Kunci : Pondok Pesantren, Pemberdayaan, Agribisnis, Hortikultura
Ketersediaan
Informasi Detail
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
TES 23 2023
|
Penerbit | Prodi Magister Agribisnis Sains Teknologi UIN Jakarta : Jakarta, Ciputat., 2023 |
Deskripsi Fisik |
xvi, 145 hlm; 28 cm.
|
Bahasa |
Bahasa Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
TES 23 2023
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subjek | |
Info Detail Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
Zulmanery
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain
Informasi
Akses Katalog Publik Daring - Gunakan fasilitas pencarian untuk mempercepat penemuan data katalog